Kalangan pelaku biro perjalanan wisata hingga perhotelan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengeluhkan ketidakpastian soal kebijakan dan tiket masuk Candi Borobudur yang tengah dirumuskan ulang pemerintah.
Desas-desus kebijakan dan tiket wisata di destinasi superprioritas itu dikhawatirkan berdampak pada berubahnya pilihan destinasi juga lama tinggal wisatawan saat berlibur.
“Belum ada kepastian harga tiket masuk Candi Borobudur jadi masalah buat biro perjalanan wisata,” kata Penasihat Dewan Pimpinan Daerah asosiasi biro perjalanan atau ASITA DIY, Edwin Ismedi Himna di sela event Jogja Bussiness Matching di Yogyakarta, Rabu, 22 Februari 2023.
Kota ini Jadi Destinasi Wisata yang Alami Overtourism Terparah di Eropa Menurut dia, dalam membuat penawaran paket paket wisata ke mancanegara, mereka mengirimkan paket untuk harga yang berlaku selama satu tahun.
“Padahal, dari hasil meeeting kemarin dengan pihak PT.
TWC (Taman Wisata Candi- pengelola Borobudur), masih belum pasti, tiket akan naik atau tidak, kepastiannya baru dua sampai tiga bulan lagi,” kata dia.
Sebelumnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan rencananya, tiket masuk Candi Borobudur akan dibanderol Rp 100 ribu untuk wisatawan domestik dan Rp 500 ribu untuk wisatawan asing.
Namun soal tarif baru ini Sandiaga menyatakan juga masih menunggu respon PT.
TWC.
“Kami khawatir, jika di tengah jalan tiba tiba terjadi perubahan harga tiket masuk Borobudur ini, biro perjalanan bisa merugi,” kata Edwin.
Jepang Naikkan Usia Berhubungan Seks dari 13 Menjadi 16 Tahun Hanya saja, sebagian kalangan biro perjalanan memang sudah bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk.
Persiapannya, antara lain menaikkan harga paket wisata ke Borobudur sebesar 10 persen.
Kenaikan itu, kata Edwin, berisiko membuat destinasi Candi Borobudur akan kalah bersaing harga dengan destinasi di negara lain.
“Semakin tinggi harga paket wisata yang kami terapkan, wisatawan terutama Eropa bisa memilih paket wisata lebih rendah salah satunya Thailand yang selama ini jadi saingan berat Indonesia,” kata Edwin yang menyebut Thailand unggul dari harga paket wisata murah dan aksesbilitas mudah.
Kebijakan pembatasan naik di Candi Borobudur, kata Edwin, membuat pangsa wisatawan Asia seperti Jepang dan Korea Selatan juga mengurungkan kunjungannya ke destinasi itu.
“Wisatawan Korea Selatan terutama, mereka rata-rata ingin naik ke Borobudur karena ingin mendapat cerita relief-reliefnya,” kata dia.
Adapun wisatawan asal Jepang yang selama ini masuk top ten paling banyak mengunjungi Yogyakarta dan Candi Borobudur, sejak 2022 absen tak ada yang mengambil paket wisata lagi.
“Wisatawan asal Jepang tak ada yang mengambil paket ke Yogya dan Borobudur sejak 2022 mungkin juga karena pemerintah sana sangat ketat pada warganya yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri,” kata dia.
Adapun Deddy Pranowo Eryono, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY menambahkan, ketidakpastian soal kebijakan dan tarif Candi Borobudur juga turut mempengaruhi lama tinggal di Yogyakarta.
Ia menuturkan, biasanya setelah berkeliling Yogyakarta, perhotelan turut menawarkan paket ke Candi Borobudur.
“Tapi sekarang tidak mau lagi karena mereka mendengar di Candi Borobudur sudah tidak bisa naik (ke puncaknya) lagi,” ucapnya.
“Wisatawan berpikirnya buat apa ke Borobudur kalau cuma melihat dari bawah, ini akhirnya mempengaruhi lama tinggal mereka di hotel juga.” Pilihan Editor: Sandiaga Uno Kenalkan Paket Wisata Naik Candi Borobudur ke Delegasi ASEAN Tourism Forum